BAHASA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER
Abstract
Bahasa dan pikiran dalam entitas perilaku menurut Sapir-Whorf yang dikenal sebagai hipotesis Sapir-Whorf memandang bahasa sebagai cermin budaya, merupakan episode baru yang berawal pada abad ke- 18 dan populer pada abad ke-20. Keunikan setiap bahasa sebagai prinsip utamanya dalam rangka mengkaji bahasa dengan ketekunan dan pemusatan perhatiannya dalam melakukan penelitian, yang akhirnya menemukan teori relativitas. Teori relativisme pada hakikatnya bahasa menciptakan dunia realitas bagi manusia dan dijadikan mediasi ekspresi manusia antara manusia dan lingkungannya.
Dengan kata lain, bahasa manusia merepresentasikan konsep yang terdapat dalam pikirannya sebagai rujukan dunianya melalui kategori gramatikal dan semantik sebagai entitas bahasa tersebut yang sekaligus dilestarikan disertai budayanya. Pendukung pandangan tersebut menganggap bahwa hal ihwal yang benar relatif sifatnya bagi budaya yang berbeda. Relativisme budaya (moral) menolak bahwa ada norma-norma yang berlaku secara universal. Oleh karena itu, suatu norma budaya hanya berlaku relatif terhadap lingkungannya atau wilayah tertentu, misalnya berciuman di negara barat suatu hal yang biasa di depan umum, tetapi berciuman di daerah Jawa sesuatu yang melanggar norma-norma masyarakat. Budaya yang berbeda tentu pada umumnya mempunyai pendapat, persepsi yang berbeda pula tentang hal-hal yang benar atau hal-hal tidak benar.
Kata kunci: bahasa, karakter
Penulis yang menerbitkan karya ilmiahnya di Likhitaprajna setuju dengan ketentuan berikut: manuskrip yang diajukan dan dipublikasikan tetap menjadi hak publikasi penulis dengan karya yang dilisensikan secara bersamaan di bawah Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.